Rabu, Desember 31, 2008

Pelelangan Proyek Gerbang Akhirat

Suatu waktu di akhirat terjadi keributan pada antrian masuk di gerbang akhirat. Alkisah pintu akhirat macet gak bisa ngebuka. Entah sistem hidrauliknya atau apanya lah yang rusak. Dikarenakan antrian cukup panjang, Malaikat penjaga gerbang akhirnya memutuskan mengadakan pelelangan di tempat.

Malaikat berkata : "dikarenakan gerbang akhirat macet mendadak, kami akan melelangkan pekerjaan perbaikan gerbang akhirat. Kepada penawar terendah akan dapat proyeknya. Untuk mempercepat proses lelang, kita hanya menerima 3 penawaran".

Lalu pelelangan pun dimulai. Setelah menunggu beberapa saat, majulah seorang Amerika yang terkenal dengan kemajuan teknologinya.

Amerika : "Saya mengajukan penawaran untuk perbaikan gerbang dengan total estimasi biaya termasuk PPN dan lain - lain sebesar 10.000 Dollar Amerika !!!"

Tak lama kemudian majulah seorang Jepang yang terkenal dengan teknologi yang efisien dan murah.

Jepang : "Kalau saya, berikan saja saya 5000 Dollar Amerika. Saya akan bereskan semua".

Wah, gila juga si jepang, teknologinya bisa memotong anggaran sampai 50% si amerika (kata malaikat dalam hati).

Malaikat : "Saya membutuhkan satu penawaran lagi untuk menutup lelang ini"

Akhirnya, dengan wajah dan gaya yang sangat yakin pasti menang, majulah seorang Indonesia ke dekat malaikat.

Malaikat (dalam hati) " ...."gila nih indonesia, seinget gue di indonesia gak ada teknologi yang canggih yang bisa beresin gerbang akhirat yang super canggih ini".

Indonesia : Pak Malaikat, saya mengajukan penawaran 15.000 Dollar Amerika !!!"

Malaikat yang mengharapkan penawar terakhir lebih rendah dari Jepang menjadi kaget.

Malaikat : " Gila lu, masa nawar 15.000, kan lu tau sebelum lu si Jepang udah nawar 5000 dolar"

Si Indonesia mendekat kepada Malaikat dan membisikan sesuatu di telinga malaikat.

Indonesia : "..... sssst jangan ribut Pak Malaikat. Uang yang 15.000 dolar itu, 5000 kasih si jepang buat beresin gerbang yang macet, 5000 buat Pak Malaikat, 5000 lagi buat saya. Ok gak pak....???"

Selasa, Desember 30, 2008

Analisa Rencana Pembuatan Tempat Pembuangan Sampah Sementara

Karakteristik sampah, ditinjau dari kualifikasinya ada tiga macam, yaitu :
Garbage. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan organic yang mempunyai sifat lekas membusuk (Biodegradibility prosesnya cepat). Sampah jenis ini lekas membusuk kira – kira dalam waktu sekitar 18 jam. Yang termasuk dalam kategori sampah jenis ini antara lain : Sampah dapur.
Rubbish. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan organic atau anorganik yang tidak / tahan berubah sifatnya. Contoh dari sampah ini adalah : sampah plastic, kaleng/logam, kertas, kaca.
Ashes atau dust. Yaitu sampah – sampah sisa pembakaran dan dari bahan – bahan partikel kecil yang mempunyai sifat mudah berterbangan.

Ditinjau dari tempat dihasilkannya (sumbernya), sampah dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori, yaitu :
Sampah Domestik
Sampah Industri
Sampah dari Jalan dan Taman
Sampah dari Pasar
Sampah dari kawasan komersil
Lain – lain.

Dalam hal rencana pembuatan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di lingkungan warga Ciracas, tentunya yang memegang peranan penting adalah sampah domestic atau sampah yang berasal dari rumah tangga. Karakteristik dari sampah rumah tangga ini, sebagian besar adalah sampah organic yang mempunyai sifat lekas membusuk (Garbage). Beberapa sumber hasil penelitian menyebutkan, bahwa komposisi fisik sampah di kota – kota di Indonesia adalah sebagai berikut :

Perkiraan Komposisi Fisik Sampah

1. Bahan Organik ± 75 %
2. Kertas ± 8 %
3. Kaca ± 1 %
4. Plastik ± 7 %
5. Kaleng / Logam ± 2 %
6. Lain – lain ± 7 %

Ini berarti bahwa sebagian besar sampah berpotensi besar untuk mencemarkan lingkungan apabila tidak ditangani secara benar.

Lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang akan dibangun di lingkungan warga Ciracas direncakan berlokasi di Belakang Minimarket Indomaret, sebenarnya, lokasi tersebut dilihat dari fungsinya sekarang adalah merupakan tempat penampungan air dan tempat peresapan air. Meskipun kelihatannya hanya menampung sebagian kecil air hujan saja, namun perannya sangatlah penting dalam pensatabilan muka air tanah di kawasan tersebut.

Banyaknya daerah resapan yang telah berubah fungsi menjadi bangunan beton, memberikan dampak meluapnya air dari saluran drainase (baik itu saluran alami ataupun buatan) dikarenakan saluran tersebut sudah tidak dapat menampung lagi air yang datang pada waktu terjadi hujan. Mengapa demikian, apakah perencanaan kapasitas drainasenya yang salah ?. Mungkin saja, tetapi yang jelas, pada waktu hujan, sebagian air yang seharusnya meresap ke dalam tanah, setelah daerah resapannya hilang, air tersebut semuanya langsung masuk ke saluran. Yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir seperti yang dapat kita lihat sekarang.

Penggunaan sumur pompa Jet Pump yang semakin “semarak” juga telah menyebabkan turunnya muka air tanah. Hal yang sudah dirasakan sebagai dampaknya adalah apabila dating musim kemarau, sulit sekali untuk mendapatkan air.
Sebenarnya, yang dikhawatirkan adalah berubah fungsinya lokasi penampungan dan peresapan air di belakang Indomaret tersebut. Meskipun perannya boleh dibilang kecil, namun ini memberikan image kepada kita bahwa kita kurang peduli terhadap permasalahan lingkungan kita.

Bagaimana seharusnya meminimumkan dampak negative dari rencana pembuatan TPS tersebut, sebenarnya secara teknis tidak banyak masalah. TPS sendiri sebenarnya hanya tempat singgah saja bagi sampah – sampah dari perumahan dimana kalau mobil sampah langsung mengambil ke rumah – rumah dianggap kurang efektif dari segi biaya dan waktu. Jadi tingkat pencemaran yang mungkin terjadi di TPS ini tidak akan banyak, selama penanganannya sesuai ketentuan.

Pertama, yang harus diperhatikan adalah berapa volume sampah per hari yang akan ditampung di TPS tersebut. Rata – rata setiap orang per hari akan menghasilkan 2,5 Liter sampah. Jadi apabila direncanakan ada 11 RT dan 1 RT diasumsikan ada 50 KK (masing – masing KK ada 5 Jiwa) yang akan memanfaatkan TPS tersebut, maka sampah yang dihasilkan adalah :

50 KK x 5 Org x 11 RT x 2,5 liter = 6, 875 m3 / hari

Kedua, apakah di TPS ini akan disediakan container atau tidak. Apabila disediakan container, maka volume container minimum dapat menampung 6,875 m3 sampah. Apabila tidak akan disediakan container, maka TPS harus dibuat permanent, dengan lapisan bawah (lantai) yang kedap air. Dan sedapat mungkin tertutup untuk mengurangi bau, mengalirnya air Leachate (air dari sampah yang busuk) baik itu dari sampah sendiri ataupun dari air hujan pada waktu terjadi hujan yang mengalir melewati tumpukan sampah. Sebagai gambaran seperti apa air leachate ini, apabila limbah domestic seperti air di selokan (got di depan rumah), kotoran, dll mengadung BOD (Bilogycal Oxygen Demand) sebesar 500 ppm, maka air leachate ini BOD nya = ± 20.000 ppm. Selain leachate ini, ada yang juga sama berbahayanya adalah sampah kimia seperti batu baterai, neon, dll. Karena sampah ini di masyarakat kita pasti dicampur dengan sampah lain, maka potensinya untuk mencemari lingkungan cukup tinggi.

Ketiga, perilaku, disiplin dan partisipasi masyarakatnya. Sebenarnya inilah yang paling penting. Partisipasi masyarakat sangatlah penting dalam monitoring dan evaluasi persampahan. Meskipun secara teknis pembuatan TPS ini sudah memenuhi persyaratan, apabila perilaku dan disiplin masyarakatnya kurang, maka dampak – dampak negative dari sampah ini akan tetap ada. Contoh kecilnya adalah masih banyak kita lihat masyarakat yang membuang sampahnya dilempar begitu saja sambil mengendarai motor. Masih untung kalau lemparannya tepat masuk ke container atau bak sampah. Kalau tidak, maka sampah akan berceceran dimana – mana. Hal ini menyulitkan petugas pengangkut sampah, dan bukan tidak mungkin kalau sampah yang masuk ke kolam tidak akan dibersihkan oleh petugas sampah.
Suatu pengelolaan sampah tidak akan berhasil secara memuaskan tanpa adanya partisipasi masyarakat. Keikutsertaan masyarakat yang diharapkan bukan dalam bentuk gotong royong, namun lebih kepada pengertian system pengelolaan sampah yang digunakan dan kepatuhan untuk mengikuti system secara konsisten, contohnya, mengumpulkan sampah dari rumah masing – masing pada tempat yang telah disediakan didepan rumha untuk memudahkan petugas mengangkut dan siap diangkut sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk membantu kelancaran pengelolaan dan pengumpulan sampah.
Partisipasi masyarakat juga diperlukan dalam memberikan pengertian kepada tetangga disekitarnya mengenai penanganan sampah dari masing – masing rumah. Contohnya adalah setiap rumah sebaiknya sudah membungkus sampahnya dengan kantong plastik yang rapat sebelum diambil petugas roda sampah. Sehingga sampah tidak banyak tercecer dalam perjalanannya menuju TPS dan TPA. Memberikan pengertian harus membuang sampah tepat ditempatnya (bagi rumah yang membuang langsung ke TPS), dll.

Keempat, peranan Dinas Kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS menuju TPA harus sesuai jadwal. Artinya setiap hari sampah tersebut harus diangkut. Tidak boleh dibiarkan lebih dari 1 hari menumpuk di TPS. Karena apabila tidak sehari saja diangkut, maka sampah akan menumpuk dua kali lipat dihari berikutnya, demikian seterusnya. Selain itu, sampah organic juga akan sudah membusuk dalam waktu 18 jam dan dapat mencemari lingkungan sekitarnya.

Kelima, penarikan biaya retribusi sampah dari masyarakat. Hal ini penting karena dapat menjamin kelancaran pengumpulan sampah dari rumah tangga menuju TPS dan TPA.

Berdasarkan kepada beberapa bahasan di atas, maka disarankan pembuatan Lokasi TPS tersebut tidak dibelakang Indomaret kalau dimungkinkan lahan lain masih ada. Namun demikian, apabila memang terpaksa di lokasi tersebut, harus dibuat yang permanent dengan lantai kedap air. Untuk konstruksi lantai dapat dibuat dari beton K- 175 atau beton mutu rendah.
Harus diperhitungkan juga batas sempadan jalan, karena jalan Lingkar selatan tersebut sangat berpotensi sekali untuk dilebarkan melihat pada pertumbuhan kota Serang yang pesat.

Sebenarnya masih banyak juga factor lainnya yang harus diperhitungkan, antara lain : Rencana Tata Guna Lahan, Floating Populatian (Penduduk Tamu), Persentase tingkat pelayanan Dinas Kebersihan (menyangkut jumlah armada truk pengangkut, SDM), Volume dan Berat jenis Karakteristik sampah, dll. Namun pada dasarnya kelima factor di atas sudah cukup mengingat kebutuhan akan TPS ini sudah mendesak.